Selasa, 25 Oktober 2011

Foot Ball Coach Clinic

Bedah Formasi 4-4-2 (1.) Posisi Center Back

Formasi 4-4-2 merupakan Formasi Klasik. Formasi ini merupakan salah satu formasi dasar dalam Sepakbola Modern. Sebelum  adanya Formasi 4-4-2, Para Pelatih sepakbola memulai Formasi dengan Sistem WM (Formasi ini pertama kali di pergunakan oleh tim Sepakbola Brasil pada Piala Dunia tahun 1958).
Pada gambar di Samping Ini merupakan Salah Satu Formasi 4-4-2. dan kita akan mulai membedah Formasi ini.

Dalam Formasi 4-4-2 terdapat beberapa Posisi  Yaitu, Center Back, Wing Back, Winger, Midfielder, dan Striker.  untuk lebih jelasnya, perhatikan Posisi gambar di bawah ini

Pada Gambar diatas kita akan mulai membedah Formasi ini. dan akan dimulai dari tahap pertahap dan akan dimulai dari pertama yaitu Center Back.

1. CENTER BACK. Sebagai Pusat Pertahanan
Dalam Formasi 4-4-2 Center Back Mempunyai 2 peran sekaligus, sebagai Stopper dan sebagai Libero. Center Back ini dibantu oleh Holding Midfielder (Gelandang Bertahan). keberhasilan formasi ini mengawali pertahanan tergantung dengan mampu atau tidaknya Gelandang bertahan dalam menjaga Pemain di Saat Penyerang Lawan datang dan menyerang pertahanan. 
jika serangan lawan datang berasal dari Samping, maka Center Back Harus siap pada posisinya menghalau Bola Crossing (Bola-bola Silang seperti umpan lambung dan Tendangan Sudut). kebanyakan para winger lawang menyerang dengan crossing mengarah ke tiang jauh gawang, sehingga terkadang para Center Back akan terkejut terhadap bola Crossing.
jika center back tidak siap menghadapi bola crossing, maka bola akan segera di sambar dengan lawan sehingga kiper pun dengan mudah di taklukan oleh lawan. namun, biasanya hal ini bisa di antisipasi dengan menggunakan penjaga gawang yang jago memotong bola dan umpan-umpang crossing.

2. Daya Jelajah CENTER BACK
Dalam Urusan Menjelejah, Umumnya dalam Permainan Normal Center Back Biasanya memainkan Bola sebagai dasar penguasaan Bola dan sebagai penyeimbang lini tengah. jika lini tengah di kuasai dengan baik oleh Gelandang (MidFielder), maka Center Back Akan Maju Hingga Setengah Lapangan Membantu Serangan, namun konteks dalam menbantu serangan hanya sebagai pengurung Pemain lawan di daerahnya.

Sebaiknya jika Lini Tengah bermain dengan Buruk, waspadalah terhadap Serangan Balik. umumnya jika serangan balik dengan mengandalkan penyerang yang mempunyai kecepatan, maka Center Back akan kelimpungan yang menyebabkan akan terjadi One To Man Marking (Duel satu lawan satu) Oleh Penjaga Gawang dari tim si Center Back.

Umumnya, Dalam Sepak bola modern biasanya  Center Back akan maju disaat terjadinya bola Tendangan Sudut. sebagai Contoh, Bek Fabio Cannavaro (Al Ahly, Italia)  Carles Puyol (Barcelona, Spanyol), John Terry (Chelsea, Inggris) mempunyai Kemampuan dalam urusan Memotong Bola Tendangan Sudut untuk menciptakan Gol. dan Gol ini kerap menjadi pemecah kebuntuan. Jika Center Back Maju menghadapi tendangan sudutnya, maka salah satu wing back akan menutupi lini tengah lain.

2. CENTER BACK Plus Minus
PLUS :
  • Kokoh Dalam Menjaga Pertahanan jika Serangan Berawal dari Tengah
  • Jika Terjadi Tendangan Sudut Untuk Tim Si Center Back, Umumnya Center Back bisa maju dan menyerang
  • Mudah Memotong Bola dan Umpan-Umpan dari sisi gawang jika bola tersebut bola datar.
  • Mudah Menghalau Bola datar hasil Overlapping  Winger/Wing Back Lawan

MINUS :
  • Lemah Terhadap Bola Crossing Menuju Tiang Jauh
  • Rentan Terhadap Serangan Balik
  • Jika Wing Back Telat Turun, Overlapping dengan Shoot akan Sulit dihentikan oleh Center Back.

Senin, 24 Oktober 2011

10 Bek Terbaik Dunia

1. Franz Beckenbauer (Jerman)
Italia boleh saja menyumbangkan banyak nama dalam daftar ini. Tapi, tidak ada yang lebih patut berada di posisi puncak daripada “Sang Kaisar”. Buktinya, banyak pemain yang merasa bangga jika dibandingkan dengannya. Selain seabrek trofi yang dikoleksinya, kejeniusannyalah yang membuat ia menjadi sosok yang susah dilupakan. Sepak terjangnya di lapangan sangat elegan.
Lebih dari itu, ia adalah pemikir ulung yang membawa revolusi di dunia sepakbola dengan menciptakan peran libero menyerang. Sebelumnya, tak seorangpun pernah berpikir bahwa seorang sweeper juga perlu untuk maju untuk membantu penyerangan, apalagi mencetak gol. Beckenbauer menciptakan taktik ini, dan menjadikannya sebagai bagian dari sepakbola modern.
2. Paolo Maldini (Italia)
Ia tidak hanya hebat karena memiliki kesetiaan yang besar kepada klubnya, AC Milan. Lebih dari itu, ia adalah bek paling berprestasi. Bersama Milan, ia meraih tujuh Scudetto dan lima titel Liga Champions. Sebagai pemain yang paling banyak tampil untuk timnas Italia, Ia juga menjadi langganan tetap gelar pemain terbaik sepanjang karirnya. Tidak kurang dari Lilian Thuram pernah mengakui ingin sepertinya. Satu-satunya kekurangannya adalah ia tidak pernah merasakan juara Piala Dunia.
3. Bobby Moore (Inggris)
Pemain bertahan yang tenang, Moore banyak dipuji karena kemampuannya dalam membaca arah pertandingan dan mengantisipasi pergerakan lawan. Ia bukan bek yang hanya mengandalkan tekel keras. Pele menyebutnya sebagai pemain bertahan paling jujur yang pernah dilawannya. Pada 29 Mei 1963, ia menerima ban kapten timnas Inggris ketika baru berusia 22 tahun, dan menjadi kapten tim senior Inggris termuda sepanjang masa. Prestasi terbesarnya adalah membawa Inggris menjuarai Piala Dunia 1966.
4. Franco Baresi (Italia)
Baresi menggawangi lini bertahan AC Milan dalam masa yang oleh banyak pengamat dinyatakan memiliki empat bek terbaik sepanjang sejarah, yaitu ia sendiri, Paolo Maldini, Alessandro Costacurta dan Mauro Tassotti. Ia juga menghabiskan seluruh karirnya di AC Milan dengan 532 pertandingan.
Ia mengoleksi enam Scudetto, tiga Piala Eropa dan Piala Dunia 1982, walau hanya sebagai cadangan. Paolo Maldini banyak berguru padanya, dan bahkan perkembangan karirnya kemudian mirip dengan Baresi. Ketika kemudian ia gantung sepatu, Milan memutuskan untuk menyimpan nomor punggung 6 yang selalu dikenakannya, sebuah penghargaan yang jarang dilakukan di Italia.
5. Lilian Thuram (Prancis)
Bek Prancis paling sukses, dengan koleksi berbagai trofi dari empat klub di tiga negara, dan dua gelar internasional bersama timnas Prancis. Kemampuannya dalam membaca permainan dan menempatkan diri di lapangan membuatnya berbeda dari pemain bertahan kebanyakan. Ia telah tampil dalam 142 pertandingan untuk Prancis, yang menjadikannya pemain yang paling sering diturunkan. Meski kurang mendapat pujian jika dibandingkan dengan bintang Prancis lainnya, seperti Zinedine Zidane dan Theirry Henry, perannya di timnas tidak kalah pentingnya. Ia membantu Prancis memenangkan Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000.
6. Roberto Carlos (Brasil)
Roberto Carlos tampil di tiga Piala Dunia bersama Brasil. Selain membawa timnya ke final 1998, ia juga menjadi pemain kunci pada saat Brasil menang empat tahun kemudian. Kontribusinya sebagai pengeksekusi tendangan bebas juga tidak bisa diremehkan, termasuk pada 3 Juni 1997, ketika ia mencetak gol dari jarak 35 m saat melawan Prancis.
Di Real Madrid, ia meraih empat gelar juara La Liga, tiga Liga Champions dan dua Piala Intercontinental. Ia juga merupakan salah satu dari enam pemain yang tampil lebih dari seratus kali di Liga Champions. Pele memasukkannya dalam daftar 125 pemain sepakbola terhebat sepanjang masa pada Maret 2004. Ia juga mendapat pengakuan sebagai legenda sepakbola internasional, dengan diberikannya Penghargaan Kaki Emas 2008.
7. Fabio Cannavaro (Italia)
Kapten Italia ini merupakan bek pertama yang dinobatkan menjadi Pemain Terbaik Dunia oleh FIFA setelah Italia menjuarai Piala Dunia pada 2006. Pada tahun yang sama, ia juga memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa, dan dua kali terpilih dalam pasukan FIFPro World XI, yaitu pada 2005/06 dan 2006/07.
Sayang, walau pernah meraih gelar juara La Liga dua kali dengan Real Madrid, ia belum pernah menang di Serie A.
8. Lothar Matthaus (Jerman)
Matthaus baru bermain sebagai pemain belakang saat usianya sudah merambah 30-an. Sebelumnya ia lebih banyak berada di lini tengah. Toh dimanapun ia bermain, Maradona menyebutnya sebagai rival terberat. Dan kenapa tidak? Tak kurang dari tujuh gelar Bundesliga pernah menjadi miliknya, ditambah dengan tiga Piala Jerman, sebuah mahkota Serie A, dua Piala UEFA, satu Kejuaraan Eropa, serta Piala Dunia. Komunitas sepakbola Jerman menobatkannya menjadi pemain terbaik pada 1990 dan 1999, dan FIFA pun tak segan memberikan gelar pemain terbaik dunia 1991 padanya. Sayang karirnya sebagai pelatih tidak secemerlang itu. Ia dipecat dari timnas Hongaria dan Red Bull Salzburg.
9. Giacinto Facchetti (Italia)
Meski karirnya berawal sebagai pemain depan, Facchetti kemudian beralih menjadi salah satu bek paling efektif dalam sejarah sepakbola Italia. Rentetan gelar yang dikoleksinya antara lain adalah Scudetto pada 1963, 1965, 1966, dan 1971; Coppa Italia 1978; Piala European Champions Club (sekarang Liga Champions) 1964 dan 1965; Piala Intercontinental 1964 dan 1965, serta pemenang Euro 1968. Hebatnya lagi, semua gelar klubnya diraih bersama satu klub, yaitu Inter Milan. Tak heran jika Pele memasukkannya dalam daftar FIFA 100.
10. Daniel Passarella (Argentina)
Inilah pemain serba bisa dari Argentina. Jago bertahan maupun menyerang, dan membantu terciptanya peluang bagi rekan setimnya, sekaligus menyapu bersih usaha lawan-lawannya. Ia juga dikenal efektif dalam eksekusi penalti dan tendangan bebas. Dengan 134 gol dalam 451 pertandingan, ia pernah mencetak rekor sebagai bek paling haus gol sepanjang masa. Meski demikian, rekor yang sama di Serie A Italia masih menjadi miliknya hingga saat ini. Ia sering dibandingkan dengan Beckenbauer. Prestasinya yang paling menonjol adalah dua kali juara dunia bersama Argentina, yaitu pada 1978 dan 1986. Ia juga memenangkan Liga Utama Argentina selama empat kali bersama River Plate.